Pages

Thursday, January 22, 2015

PIPIS YA

Tidak seperti dua hari sebelumnya yang menangis keras dan meronta-ronta berusaha memegangi Bunda agar tidak pergi, kemarin meski tetap menangis memelas dengan air mata berderai kau tampak pasrah dan mengulurkan tangan saat salah satu Bunda disana mengambilmu dari gendongan Bunda. Dan hari ini kau malah tidak menangis, mengulurkan tangan saat Bunda minta salim dan mencium Bunda seperti biasa. Bunda jadi lebih tenang meninggalkanmu. Semoga besok dan seterusnya kau tidak rewel lagi.

Kemarin Bunda sudah membelikan 2 buah cake blackforest untuk teman-temanmu di TPA, Bunda juga sudah meminta Bunda Rossi untuk mengambil beberapa foto agar nanti kalau sudah besar kau bisa melihatnya.

Sebelum berangkat ada kejadian yang menyadarkan Bunda, bahwa sebenarnya kau sudah bisa beberapa hal. Hanya Bunda yang kurang punya waktu untuk mengajarimu. Seperti biasa selesai sarapan (yang akhir-akhir ini sangat sedikit -.-) kau akan langsung berjalan kekamar mandi mendahului Bunda yang masih menyiapkan baju ganti. Kau berjalan sambil bilang "pipis...pipis...pipis..." sekilas Bunda yang berjalan masuk kamar melihat kau berusaha melepas popokmu didepan pintu dapur, tapi Bunda mengabaikannya karena melihatmu tampak kesulitan pasti popokmu masih aman. eh tiba-tiba Bunda mendengar suara gemericik air jatuh diatas lantai. Kontan Bunda berlari mendekatimu, daaaaan ternyata benar..... Kau pipis dilantai!!!

Haduuuhh, jadilah Bunda pagi-pagi ngepel padahal kita sedang terburu-buru. Bunda kan sekarang masuk kantornya harus checklock. Ini salah Bunda juga sih. Dua bulan yang lalu sebenarnya kau sudah diajari Abi saat mau mandi untuk pipis ditoilet, tapi yaaah kalau ngajarinnya cuma dua kali mana efektif ya apalagi saat diajari kau tidak pipis jadinya kami mengira kau sudah pipis dipopokmu. Dan sudah dua minggu ini kau sambil main sering bilang "pipis....pipis..." Bunda kira kau hanya sedang belajar bilang pipis.

Okelah, mulai sekarang Bunda akan mengajarimu pipis. Mau mandi pipis dulu, mau tidur pipis dulu. Beberapa kali kau juga menolak pake popok. Mungkin kau sudah tidak betah pake popok yaa? Iyalah,  anak Bunda kan sudah gede, sudah pintar. Bunda aja yang kurang rajin ya ^.^....


Tuesday, January 20, 2015

SELAMAT ULANG TAHUN YG KE-2

Iya, hari ini usiamu bertambah. Tidak terasa sudah 2 tahun ya, kau sudah semakin gede semakin pintar dan Bunda semakin sayang padamu. Tapi Bunda juga sedih, di ulang tahunmu yang kedua ini Bunda tidak bisa memberikan hadiah untukmu, bahkan sekedar untuk merayakannya pun Bunda tidak bisa. Tahun lalu saat ultah pertamamu Bunda masih bisa merayakannya sekalian mengadakan maulid nabi.

Sebenarnya Bunda ingin beli kue dan dibagi-bagikan keteman-temanmu di TPA tapi kepala sekolah disana mewanti-wanti kalau disana tidak diperbolehkan ada acara tiup lilin. Maklum disana penganut islam HTI. Sebenarnya Bunda tidak masalah dengan itu, Bunda hanya ingin berbagi dan kau didoakan oleh orang banyak. Lagipula Bunda terlalu siang sehingga para siswa disana sudah pulang semua dan yang ada hanya teman-temanmu di TPA. Jadinya besok baru kau bisa merayakan ulang tahun bersama teman-teman.

Tahun lalu kita juga merayakannya dengan foto bersama, entah hari ini bisa atau tidak. Bunda sangat ingin mengabadikan momen tiap kau ulang tahun. Sehingga saat kau besar nanti kau bisa melihat perubahanmu dari tahun ketahun. Itu akan menjadi kenangan tak ternilai. Sebenarnya kameranya masih bisa dipakai karena yang rusak LCDnya, tapi dibuat memotret bisa hanya kita tidak bisa melihat saat memengambil gambar. Jadinya asal jepret saja sambil dikira-kira sudah pas atau belum. Semua serba kebetulan, kebetulan ini ulang tahun keduamu, kebetulan kamera rusak, kebetulan mobil kita disita, kebetulan keluarga kita sedang  kesulitan.

Tahun ini kita memang sedang dalam masa-masa sulit, sebisa mungkin kami berusaha agar kau tidak ikut mengalaminya. Kami selalu ingin memberikan yang terbaik, tapi jika kau tetap harus mengalami beberapa kesulitan kami hanya berharap hal itu akan berguna sebagai pembelajaran bagimu suatu hari nanti.

Tidak apa ya sayang, hari ini Bunda hanya bisa mendoakanmu seperti hari-hari kemarin.

SELAMAT ULANG TAHUN, Semoga Raza menjadi anak yang sholeh, berakhlak mulia, kuat iman, kuat pemahamannya, kuat ingatannya, menjadi anak yang cerdas, dan jadi anak kebanggaan Bunda. Semoga Allah selalu menjaga Raza

Monday, January 19, 2015

HARI KE-4 DI TPA

Ini hari ke 4 kau di TPA, tadi Bunda meninggalkanmu dengan berat hati. Kau menangis tidak mau ditinggal. Mungkin karena kau llibur 3 hari, Hari jumat kemarin kau memang tidak dititipkan karena Tie Uyung datang. Mungkin juga karena mengantuk karena tadi pagi kau bangun jam 5 pagi. Saat akan berangkat kau memang agak rewel, merengek minta netek dan matamu tampak mulai redup tapi hari ini selain mengantarmu Bunda juga harus mengantar Tie Uyung ke Kamal. Jadi Bunda tidak menurutimu, paling-paling kau akan tertidur dijalan seperti kemarin-kemarin.

Biasanya kau akan tertidur diperjalanan dari kantor ke TPA, tapi kali ini tidak. Ditengah perjalanan kau memang tampak mengantuk, berkali-kali matamu terpejam tapi bangun lagi. Hari ini Bunda memang lewat jalan yang berbeda, anginnya agak kencang tapi lebih lancar sehingga Bunda sampai lebih cepat.

Sampai disana kau tidak mau turun, walaupun sudah diiming-imingi mainan tetap saja tidak mau bahkan kau mulai merengek. Akhirnya Bunda minta ijin untuk menidurkanmu. Tapi sampai lama kau tidak tidur juga hanya menetek, tiap kali Bunda bergerak kau akan merengek dan memeluk Bunda erat-erat seakan-akan tahu jika akan ditinggal. Akhirnya Bunda terpaksa meninggalkanmu, kau menangis melaasss banget. Bunda benar-benar tidak tega. Saat salah satu Bunda disana mengambilmu dari pangkuan Bunda kau menangis berteriak dan memegang tangan Bunda erat-erat. Rasanya Bunda ingin ikut menangis, Bunda meninggalkanmu dengan sedih. Seharian Bunda tidak konsentrasi kerja, Bunda memikirkanmu. BUnda tidak mau kau berpikiran Bunda tidak sayang, Bunda tega.

Bunda memang harus tega dan menguatkan hati. Bukan karena Bunda harus bekerja, Bunda lebih memilih bersamamu tapi ini untuk kebaikanmu. Tiga hari disana Bunda melihat beberapa perubahan, kau jadi lebih cerewet. Sebelumnya kau memang sudah cerewet tapi bahasamu tidak bisa dipahami, sekarang kau cerewet karena menirukan perkataan yang kau dengar. Kata-katamu juga lebih jelas. Dulu saat diajari mengucapkan kata-kata kau tidak pernah mau langsung menirukan, nanti setelah beberapa bulan tiba-tiba kau akan mengucapkannya bahkan yang mengajarinya sudah lupa. Yang lucu lagi saat Bunda asyik ngobrol dengan Antie Uyung dan bilang "anu" sambil mengingat sesuatu tiba-tiba kau yang sedang bermain didekat Bunda dengan lucunya bilang "anu" dengan logat dan suara yang imut. Tentu saja Bunda dan Tie Uyung ngakak dibuatnya.

Kau juga tiba-tiba lancaaarr banget manggil "atie...atie..." juga bilang "No.." menirukan Bunda jika melarangmu melakukan sesuatu. Seperti kemarin saat Tie Uyung mengganggumu padahal kau sedang mengantuk kau bilang "No..." dengan ekspresi setengah menangis dan jari telunjukmu teracung lucuuuu sehingga Tie Uyung semakin menggila untuk mengganggumu ^-^. Setiap kali ada yang bicara kau pasti menirukan, lucu dan menggemaskan banget.

Tidak apa-apa ya sayang, Raza harus sabar dan kuat.

Tuesday, January 13, 2015

HARI PERTAMA DI TPA

Iya, ini hari pertamamu di TPA. Dengan banyak pertimbangan dan dengan berat hati akhirnya kau dititipkan di TPA. Ini bukan pembenaran, tapi ini untuk kebaikanmu, kebaikan Bunda dan Abi juga.

Bunda bukannya enteng begitu saja melepasmu, Bunda setiap hari memikirkan hal ini. Bahkan dua hari sebelumnya Bunda tidak bisa tidur, malam-malam mondar-mandir kesana kemari membereskan barang-barangmu yang sebenarnya sudah rapi, menyiapkan apa saja kebutuhanmu nanti di TPA. Sejak dulu Bunda sudah bertekad anak-anak Bunda nantinya tidak boleh di TPA tapi kondisi mengharuskan begitu.

Dari beberapa pilihan, menitipkanmu di TPA merupakan pilihan terbaik tapi tentu saja lebih baik jika kau bisa terus bersama Bunda. Tapi kondisi mengharuskan begitu. Bunda akan menjelaskan ini agar nanti kau tidak salah mengerti.

Penjelasan pertama:
Karena Abi yang tadinya cuti tiga bulan sudah harus masuk kantor dan kali ini tidak bisa lagi seperti dulu, bisa seenaknya bolos, datang siang, atau pulang cepat. Sekarang PNS benar-benar diawasi kinerjanya. Abi harus berangkat pagi-pagi jam 6 karena harus sampai dikantor jam 7 pagi dan selama bulan januari tidak boleh bolos.

Penjelasan kedua:
Bunda sekarang juga tidak boleh sering telat atau tidak masuk, harus berangkat pagi karena dikantor absensi diganti sistem checklock dan bagi yang hitungan jam kerjanya kurang akan dikenakan potong gaji. Gaji Bunda tidak seberapa tapi tetap bisa menunjang kehidupan kita sehari-hari. Sebenarnya kau bisa ikut Bunda bekerja tapi dikantor Bunda kau pasti tidak akan nyaman bermain, mau tidur siang juga tidak nyaman karena yang namanya kantor pasti ramai dan juga Bunda tidak akan bisa bekerja karena harus menemanimu.

Penjelasan ketiga:
Kau harus belajar mandiri, kau juga harus belajar sosialisasi dan berbagi. Sejak pindah ke kota kau jarang bersosialisasi dengan orang lain terutama teman sebayamu. Hal itu membuatmu tidak mau berbagi, bahkan dengan Bunda atau Abi. Dan Bunda juga berharap dengan banyaknya teman-teman di TPA kau bisa lebih banyak belajar ngomong.

Dengan semua alasan diatas kami berusaha memilih dari beberapa pilihan yang bagi kami sama-sama sulit dan tidak ingin kami pilih. Pilihan pertama kau dititipkan di Pak Wir temannya Abi, disana ada aril anaknya Pak Wir. Kau sudah sangat dekat seperti saudara dengan aril karena selama Abi cuti kau sering dibawa main kesana dan aril sangat telaten jika menemanimu bermain. Bahkan saking dekatnya kadang kau tidak mau pulang, sehingga aril harus mengantarmu kedepan gang. Bunda juga pernah melihatmu saat bercanda dengan Aril, kau sering berlari memeluk dia. Padahal ke Mas Abil saja kau tidak seperti itu. Kau juga sangat dekat dengan Pak Wir, tapi disana sangat kotor dan alasan yang paling membuat Bunda keberatan adalah Pak Wir perokok berat. Bunda tidak mau kau setiap hari harus menghirup asap beracun itu, Bunda tidak mau kau akrab dengan bau itu sehingga saat besar nanti kau juga merokok. Dulu saja saat dikampung Bunda sering berantem dengan Kakek gara-gara kakek merokok didalam rumah.

Pilihan yang lain, kau dititipkan di Mbuk bersama mas Abil. Disana aman dari asap rokok dan Bunda tahu dengan pasti kalau Mbuk itu sangat sayang padamu bahkan melebihi sayangnya ke Mas Abil. Dan Mbuk itu sudah sangat sering memaksa Bunda untuk segera menyapihmu karena saking pengennya kau tinggal disana. Jadi nanti Bunda wira-wiri tiap hari, tapi Abi keberatan karena dari kota saja Abi harus berangkat jam 6 pagi apalagi dari sana.

Dan pilihan terakhir adalah TPA. Dulu awal-awal kita pindah kontrakan sebenarnya kami sudah berniat menitipkanmu. Kami sudah mencari-cari TPA dan pilihannya jatuh di Anna Husada tapi Bunda masih ragu-ragu dan bersamaan dengan itu kau kena muntaber sehingga sampai sekarang tidak jadi dititipkan apalagi kemudian Abi cuti besar. Anna Husada tempatnya masih baru dan bersih, kami tidak tahu yang lain sehingga disana menjadi satu-satunya pilihan. Yang membuat Bunda keberatan disana ada anak yang perilakunya agresif dan suka menjambak rambut. Bunda takut kau dilukai.Tapi tidak ada pilihan lain.
Karena Bunda masih galau menentukan pilihan padahal senin sudah harus masuk kerja akhirnya kami putuskan senin kau dititipkan di rumah Pak Wir dulu. Kebetulan teman sekantor Bunda, ibunya Raisha temen satu pengasuh denganmu dulu anaknya juga di TPA. Bunda mencoba cari tahu, dari beliaulah Bunda tahu tentang TPAmu ini. Sore Bunda menjemputmu di Pak Wir kau sudah mandi dan cemong-cemong dengan bedak, dari sana Bunda ikut temen Bunda untuk melihat TPAnya Raisha. Tempatnya sederhana dengan lantai semen yang ditutupi karpet plastik. Tidak ada loker seperti di Anna Husada tapi lumayan rapi dan bersih tidak seperti di rumah Pak Wir. Yang membuat Bunda langsung sreg disana tiap hari diperdengarkan Al Qur'an. Apalagi pemilik TPAnya yang dipanggil Bunda Rossi tampak lemah lembut ya akhirnya disinilah kita sekarang berada, TPA Cahaya Islam.

Hari pertama kau langsung akrab dengan tempat itu, apalagi saat datang ada mainan yang menyambutmu. Saat Bunda pamit kau bahkan tidak menoleh. Semoga kali ini Bunda tidak salah pilih, yang terbaik untukmu.