Pages

Tuesday, January 13, 2015

HARI PERTAMA DI TPA

Iya, ini hari pertamamu di TPA. Dengan banyak pertimbangan dan dengan berat hati akhirnya kau dititipkan di TPA. Ini bukan pembenaran, tapi ini untuk kebaikanmu, kebaikan Bunda dan Abi juga.

Bunda bukannya enteng begitu saja melepasmu, Bunda setiap hari memikirkan hal ini. Bahkan dua hari sebelumnya Bunda tidak bisa tidur, malam-malam mondar-mandir kesana kemari membereskan barang-barangmu yang sebenarnya sudah rapi, menyiapkan apa saja kebutuhanmu nanti di TPA. Sejak dulu Bunda sudah bertekad anak-anak Bunda nantinya tidak boleh di TPA tapi kondisi mengharuskan begitu.

Dari beberapa pilihan, menitipkanmu di TPA merupakan pilihan terbaik tapi tentu saja lebih baik jika kau bisa terus bersama Bunda. Tapi kondisi mengharuskan begitu. Bunda akan menjelaskan ini agar nanti kau tidak salah mengerti.

Penjelasan pertama:
Karena Abi yang tadinya cuti tiga bulan sudah harus masuk kantor dan kali ini tidak bisa lagi seperti dulu, bisa seenaknya bolos, datang siang, atau pulang cepat. Sekarang PNS benar-benar diawasi kinerjanya. Abi harus berangkat pagi-pagi jam 6 karena harus sampai dikantor jam 7 pagi dan selama bulan januari tidak boleh bolos.

Penjelasan kedua:
Bunda sekarang juga tidak boleh sering telat atau tidak masuk, harus berangkat pagi karena dikantor absensi diganti sistem checklock dan bagi yang hitungan jam kerjanya kurang akan dikenakan potong gaji. Gaji Bunda tidak seberapa tapi tetap bisa menunjang kehidupan kita sehari-hari. Sebenarnya kau bisa ikut Bunda bekerja tapi dikantor Bunda kau pasti tidak akan nyaman bermain, mau tidur siang juga tidak nyaman karena yang namanya kantor pasti ramai dan juga Bunda tidak akan bisa bekerja karena harus menemanimu.

Penjelasan ketiga:
Kau harus belajar mandiri, kau juga harus belajar sosialisasi dan berbagi. Sejak pindah ke kota kau jarang bersosialisasi dengan orang lain terutama teman sebayamu. Hal itu membuatmu tidak mau berbagi, bahkan dengan Bunda atau Abi. Dan Bunda juga berharap dengan banyaknya teman-teman di TPA kau bisa lebih banyak belajar ngomong.

Dengan semua alasan diatas kami berusaha memilih dari beberapa pilihan yang bagi kami sama-sama sulit dan tidak ingin kami pilih. Pilihan pertama kau dititipkan di Pak Wir temannya Abi, disana ada aril anaknya Pak Wir. Kau sudah sangat dekat seperti saudara dengan aril karena selama Abi cuti kau sering dibawa main kesana dan aril sangat telaten jika menemanimu bermain. Bahkan saking dekatnya kadang kau tidak mau pulang, sehingga aril harus mengantarmu kedepan gang. Bunda juga pernah melihatmu saat bercanda dengan Aril, kau sering berlari memeluk dia. Padahal ke Mas Abil saja kau tidak seperti itu. Kau juga sangat dekat dengan Pak Wir, tapi disana sangat kotor dan alasan yang paling membuat Bunda keberatan adalah Pak Wir perokok berat. Bunda tidak mau kau setiap hari harus menghirup asap beracun itu, Bunda tidak mau kau akrab dengan bau itu sehingga saat besar nanti kau juga merokok. Dulu saja saat dikampung Bunda sering berantem dengan Kakek gara-gara kakek merokok didalam rumah.

Pilihan yang lain, kau dititipkan di Mbuk bersama mas Abil. Disana aman dari asap rokok dan Bunda tahu dengan pasti kalau Mbuk itu sangat sayang padamu bahkan melebihi sayangnya ke Mas Abil. Dan Mbuk itu sudah sangat sering memaksa Bunda untuk segera menyapihmu karena saking pengennya kau tinggal disana. Jadi nanti Bunda wira-wiri tiap hari, tapi Abi keberatan karena dari kota saja Abi harus berangkat jam 6 pagi apalagi dari sana.

Dan pilihan terakhir adalah TPA. Dulu awal-awal kita pindah kontrakan sebenarnya kami sudah berniat menitipkanmu. Kami sudah mencari-cari TPA dan pilihannya jatuh di Anna Husada tapi Bunda masih ragu-ragu dan bersamaan dengan itu kau kena muntaber sehingga sampai sekarang tidak jadi dititipkan apalagi kemudian Abi cuti besar. Anna Husada tempatnya masih baru dan bersih, kami tidak tahu yang lain sehingga disana menjadi satu-satunya pilihan. Yang membuat Bunda keberatan disana ada anak yang perilakunya agresif dan suka menjambak rambut. Bunda takut kau dilukai.Tapi tidak ada pilihan lain.
Karena Bunda masih galau menentukan pilihan padahal senin sudah harus masuk kerja akhirnya kami putuskan senin kau dititipkan di rumah Pak Wir dulu. Kebetulan teman sekantor Bunda, ibunya Raisha temen satu pengasuh denganmu dulu anaknya juga di TPA. Bunda mencoba cari tahu, dari beliaulah Bunda tahu tentang TPAmu ini. Sore Bunda menjemputmu di Pak Wir kau sudah mandi dan cemong-cemong dengan bedak, dari sana Bunda ikut temen Bunda untuk melihat TPAnya Raisha. Tempatnya sederhana dengan lantai semen yang ditutupi karpet plastik. Tidak ada loker seperti di Anna Husada tapi lumayan rapi dan bersih tidak seperti di rumah Pak Wir. Yang membuat Bunda langsung sreg disana tiap hari diperdengarkan Al Qur'an. Apalagi pemilik TPAnya yang dipanggil Bunda Rossi tampak lemah lembut ya akhirnya disinilah kita sekarang berada, TPA Cahaya Islam.

Hari pertama kau langsung akrab dengan tempat itu, apalagi saat datang ada mainan yang menyambutmu. Saat Bunda pamit kau bahkan tidak menoleh. Semoga kali ini Bunda tidak salah pilih, yang terbaik untukmu.

0 comments:

Post a Comment